Prolog
Roda kehidupan terus menggelinding.
Banyak cerita dan episode yang dilewati pada setiap putarannya. Ada sedih, ada
senang. Ada derita, ada bahagia. Ada suka, ada duka. Ada kesempitan, ada
keluasan. Ada kesulitan, dan ada kemudahan. Tidak ada manusia yang tidak
melewatinya. Hanya kadarnya saja yang mungkin tidak selalu sama. Maka, situasi
apapun yang tengah engkau jalani saat ini, tenangkanlah hatimu ..
Manusia bukan pemilik kehidupan.
Tidak ada manusia yang selalu berhasil meraih keinginannya. Hari ini bersorak
merayakan kesuksesan, esok lusa bisa jadi menangis meratapi kegagalan. Saat ini
bertemu, tidak lama kemudian berpisah. Detik ini bangga dengan apa yang
dimilikinya, detik berikutnya sedih karena kehilangannya. Maka, episode apapun
yang sedang engkau lalui pada detik ini, tenangkanlah hatimu ..
Cerita tidak selalu sama. Episode
terus berubah. Berganti dari satu situasi kepada situasi yang lain.
Berbolak-balik. Bertukar-tukar. Kadang diatas, kadang dibawah. Kadang maju,
kadang mundur. Itulah kehidupan. Namun, satu hal yang seharusnya tidak pernah
berubah pada kita; yaitu, hati yang selalu tenang dan tetap teguh dalam
kebenaran …
Saudaraku, ketenangan sangat kita
butuhkan dalam menghadapi segala situasi dalam hidup ini. Terutama dalam
situasi sulit dan ditimpa musibah. Jika hati dalam kondisi tenang,
maka buahnya lisan dan anggota badan pun akan tenang. Tindakan akan tetap pada
jalur yang dibenarkan dan jauh dari sikap membahayakan. Kata-kata akan tetap
hikmah dan tidak keluar dari kesantunan, sesulit dan separah apa pun situasi
yang sedang kita hadapi. Dan dengan itu lah kemudian –insya Allah- kita akan
meraih keuntungan.
Ketenangan Milik Orang
yang Beriman
Ketenangan adalah karunia Allah yang
hanya diberikan kepada orang-orang yang beriman. Tentang hal ini Allah
berfirman:
“Dia-lah yang telah menurunkan
ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di
samping keimanan mereka (yang telah ada). Dan kepunyaan Allah-lah tentara
langit dan bumi dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al Fath [48]: 4)
Syaikh Abdurrahman As-Si’dy rahimahullah
berkata, “Allah mengabarkan tentang karunia-Nya atas orang-orang yang beriman
dengan diturunkan kepada hati mereka sakinah. Ia adalah ketenangan dan
keteguhan dalam kondisi terhimpit cobaan dan kesulitan yang menggoyahkan
hati, mengganggu pikiran dan melemahkan jiwa. Maka diantara nikmat Allah atas
orang-orang yang beriman dalam situasi ini adalah, Allah meneguhkan dan
menguatkan hati mereka, agar mereka senantiasa dapat menghadapi kondisi ini
dengan jiwa yang tenang dan hati yang teguh, sehingga mereka tetap mampu
menunaikan perintah Allah dalam kondisi sulit seperti ini pun. Maka
bertambahlah keimanan mereka, semakin sempurnalah keteguhan mereka.” (Taisir
al Karim: 791)
ثُمَّ أَنْزَلَ اللَّهُ سَكِينَتَهُ
عَلَى رَسُولِهِ وَعَلَى الْمُؤْمِنِينَ
“Kemudian Allah menurunkan
ketenangan kepada RasulNya dan kepada orang-orang yang beriman.” (QS. Al Taubah [9]: 26)
لَقَدْ رَضِيَ اللَّهُ عَنِ
الْمُؤْمِنِينَ إِذْ يُبَايِعُونَكَ تَحْتَ الشَّجَرَةِ فَعَلِمَ مَا فِي
قُلُوبِهِمْ فَأَنْزَلَ السَّكِينَةَ عَلَيْهِمْ وَأَثَابَهُمْ فَتْحًا قَرِيبًا
“Sesungguhnya Allah telah ridha
terhadap orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah
pohon, maka Allah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu menurunkan
ketenangan atas mereka dan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang
dekat (waktunya).” (QS. Al Fath [48]: 18)
Senjata Orang Beriman
Jiwa yang tenang dan hati yang teguh
adalah senjata orang-orang shaleh dari sejak dahulu dalam menghadapi kondisi
sulit yang mereka temui dalam kehidupan mereka.
Ashabul Kahfi adalah diantaranya.
Saat mereka mengumandangkan kebenaran tauhid dan orang-orang pun berusaha untuk menyakiti mereka,
sehingga mereka terusir dari tempat mereka dengan meninggalkan keluarga dan kenyamanan hidup
yang sedang mereka nikmati, serta tinggal di gua tanpa makanan dan minuman,
ketenangan dan keteguhanlah yang membuat mereka mampu bertahan. Allah berfirman
tentang mereka,
“Kami kisahkan kepadamu (Muhammad)
cerita ini dengan benar. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman
kepada Tuhan mereka, dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk. Dan Kami
meneguhkan hati mereka diwaktu mereka berdiri, lalu mereka pun berkata, “Tuhan
kami adalah Tuhan seluruh langit dan bumi; kami sekali-kali tidak menyeru Tuhan
selain Dia, sesungguhnya kami kalau demikian telah mengucapkan perkataan yang
amat jauh dari kebenaran.” (QS. Al
Kahfi [18]: 14)
Dalam perjalanan dakwah dan jihad Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam, kita tentu ingat kisah perjalanan hijrah Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam dan sahabatnya yang mulia Abu Bakar Ash-Shiddiq
radhiyallahu ‘anhu. Ketika mereka berdua masuk ke dalam gua, berlindung dari
kejaran orang-orang musyrik yang saat itu tengah dalam kemarahan yang memuncak
dan dengan pedang-pedang yang terhunus, hingga Abu Bakar berkata, “Jika salah
satu mereka menundukkan pandangannya ke arah kedua sandalnya, niscaya ia akan
melihat kita.” Dalam kondisi genting itu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
dengan penuh ketenangan berkata, “Bagaimana menurutmu tentang dua orang, yang
Allah ketiganya.” (Lihat Shahîh al Bukhâri no: 3653, Shahîh Muslim
no: 2381)
Allah berfirman:
إِلَّا تَنْصُرُوهُ فَقَدْ نَصَرَهُ
اللَّهُ إِذْ أَخْرَجَهُ الَّذِينَ كَفَرُوا ثَانِيَ اثْنَيْنِ إِذْ هُمَا فِي
الْغَارِ إِذْ يَقُولُ لِصَاحِبِهِ لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا فَأَنْزَلَ
اللَّهُ سَكِينَتَهُ عَلَيْهِ وَأَيَّدَهُ بِجُنُودٍ لَمْ تَرَوْهَا
“Jikalau kamu tidak menolongnya
(Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang
kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seorang dari
dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada
temannya: “Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita.” Maka
Allah menurunkan keterangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan
tentara yang kamu tidak melihatnya.”
(QS. Al Taubah [9]: 40)
Kisah lain yang sangat menakjubkan
adalah kisah pada hari perang badar. Musuh dalam kondisi sangat kuat dan
digdaya, dengan persenjataan yang cukup lengkap di depan mata, menghadapi
tentara Allah yang sedikit, persenjataan kurang dan tanpa persiapan untuk
berperang. Akan tetapi ketenangan bersemayam dalam hati-hati mereka. Maka Allah
memenangkan mereka dengan kemenangan yang jelas.
Ibnu Qayyim Al Jauziyyah mengatakan,
“Oleh karena itu, Allah mengabarkan tentang turunnya ketenangan kepada
Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam dan orang-orang yang beriman dalam
situasi-situasi sulit.” (Madâriju al Sâlikîn: 4/392 cet. Dâr al Thîbah)
Meraih Ketenangan
Jika demikian penting ketenangan
dalam hidup kita, karena kesuksesan juga sangat bergantung kepadanya, maka
bagaimanakah cara untuk meraih ketenangan itu? Sebagian orang mencari
ketenangan dengan perbuatan sia-sia, sebagian mereka bahkan mencari ketenangan
di tempat-tempat kemaksiatan. Semua itu keliru dan fatal akibatnya. Alih-alih
ketenangan, semua itu justru akan semakin membuat hati diliputi kesedihan. Jika
pun ketenangan didapatkannya, namun ia adalah ketenangan yang palsu dan sesaat.
Syaikh Dr. Sa’ad bin Nashir al
Syatsry –semoga Allah menjaganya- dalam kitabnya “Hayâtu al Qulûb”
menyebutkan arahan-arahan yang terdapat dalam al Qur`an dan sunnah untuk meraih ketenangan
tersebut:
- Berkumpul dalam rangka mencari ilmu.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabada:
« مَا اجتمعَ
قَوم في بيت من بُيُوتِ الله تباركَ وتعالى يَتْلُونَ كتابَ الله عزَّ وجلَّ ،
ويَتَدَارَسُونَهُ بينهم ، إِلا نزلت عليهم السكينةُ ، وَغَشِيَتْهم الرحمةُ ،
وحَفَّتْهم الملائكة ، وذكرهم الله فيمن عنده »
“Tidaklah suatu kaum berkumpul
sebuah rumah Allah tabaraka wa ta’ala, mereka membaca Kitabullah azza wa jalla,
mempelajarinya sesama mereka, melainkan akan turun kepada mereka sakinah,
rahmat akan meliputi mereka, para malaikan akan mengelilingi mereka dan Allah
senantiasa menyebut-nyebut mereka dihadapan malaikan yang berada di sisi-Nya.”
(HR Muslim no. 2699)
- Berdoa.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam dan para sahabatnya pernah mengulang-ulang kalimat doa berikut dalam
perang ahzab:
فَأَنْزِلَنَّ سَكِيْنَةً
عَلَيْنَا وَثَبِّتِ الأَقْدَامِ إِنْ لَاقِينَا
“Maka turunkanlah ketenangan kepada
kami
Serta teguhkan lah kaki-kaki kami saat kami bertemu (musuh)”
Maka Allah memberikan mereka
kemenangan dan meneguhkan mereka.
- Membaca al Qur`an.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:
« تِلْكَ
السَّكِينَةُ تَنَزَّلَتْ بِالْقُرْآنِ »
“Ia adalah ketenangan yang turun
karena al Qur`an.” (HR Bukhari: 4839, Muslim: 795)
- Memperbanyak dzikrullah.
Allah berfirman:
الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ
قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
“(yaitu) orang-orang yang beriman
dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan
mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.”
(QS. Al Ra’du [13]: 28)
- Bersikap wara’ (hati-hati) dari perkara syubhat.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:
الْبِرُّ مَا سَكَنَتْ إِلَيْهِ
النَّفْسُ وَاطْمَأَنَّ إِلَيْهِ الْقَلْبُ وَالإِثْمُ مَا لَمْ تَسْكُنْ إِلَيْهِ
النَّفْسُ وَلَمْ يَطْمَئِنَّ إِلَيْهِ الْقَلْبُ وَإِنْ أَفْتَاكَ الْمُفْتُونَ
“Kebaikan itu adalah yang jiwa
merasa tenang dan hati merasa tentram kepadanya. Sementara dosa adalah yang
jiwa meresa tidak tenang dan hati merasa tidak tentram kepadanya, walaupun
orang-orang mememberimu fatwa (mejadikan untukmu keringanan).” (HR Ahmad no.
17894, dishahihkan al Albani dalam Shahîh al Jâmi no: 2881)
- Jujur dalam berkata dan berbuat.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:
فَإِنَّ الصِّدْقَ طُمَأْنِينَةٌ
وَإِنَّ الْكَذِبَ رِيبَةٌ
“Sesungguhnya jujur itu ketenangan
dan dusta itu keragu-raguan.” (HR Tirmidzi no: 2518)
Begitu pun semua ketaatan kepada
Allah dan sikap senantiasa bersegera kepada amal shaleh adalah diantara faktor
yang akan mendatangkan ketenangan kepada hati seorang mukmin. Jika kita selalu
mendengar dan berusaha untuk mentaati Allah dan rasul-Nya, maka hati kita akan
kian tenang dan teguh. Allah berfirman:
“…Dan sesungguhnya kalau mereka
melaksanakan pelajaran yang diberikan kepada mereka, tentulah hal yang demikian
itu lebih baik bagi mereka dan lebih menguatkan (iman mereka), dan kalau
demikian, pasti Kami berikan kepada mereka pahala yang besar dari sisi Kami,
dan pasti Kami tunjuki mereka kepada jalan yang lurus.” (QS. An Nisâ [4]: 68)
Saudaraku, jika kita dapat
mempertahankan ketenangan hati sehingga senantiasa teguh berada dalam jalan
Allah, apa pun yang terjadi kepada kita, maka bergembiralah, karena kelak saat
kita meninggalkan dunia yang fana ini, akan ada yang berseru kepada kita dengan
seruan ini:
“Hai jiwa yang tenang. Kembalilah
kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam
jama’ah hamba-hamba-Ku, masuklah ke dalam syurga-Ku.” (QS. Al Fajr [89]: 27-30) (Lihat Hayâtu al Qulûb:
90-91)
Wallâhu ‘alam, wa shallallâhu ‘alâ
nabiyyinâ Muhammad.
[Meteri ilmiah dalam tulisan ini
banyak diispirasi oleh Kitab Madâruju al Sâlikîn karya Imam Ibnul Qayyim
rahimahullâh, cet. Dâr al Thîbah dan Kitab Hayâtu al Qulûb cet.
Dâr Kunûz Isybîliyâ karya Syaikhunâ Dr. Sa’ad bin Nâshir al Syatsry hafidzahullâh]
Riyadh, 27 Jumada Tsani 1433 H
Penulis: Ustadz Abu Khalid Resa Gunarsa, Lc (Alumni
Universitas Al Azhar Mesir dan da’i di Maktab Jaliyat Bathah Riyadh KSA)